Semakin langka dan tingginya harga minyak
bumi serta masih minimnya penggunaan energi alternatif, seperti energi angin,
tenaga surya, biomassa, dan panas bumi menyebabkan kita harus berpikir untuk
mencari alternatif penggunaan BBM fosil yang lain. Alternatif yang sudah
dilakukan selama ini yaitu penggunaan biodiesel (campuran solar dan minyak
kelapa sawit) atau biofuel (campuran etanol dan bensin) yang bahan bakunya
merupakan komoditas pasar siap pakai. Alternatif lain yang perlu
dipertimbangkan adalah energi hijau terbarukan seperti pemanfaatan biji jarak
pagar (Jatropha curcas). Sekurang-kurangnya, ada dua pilihan dalam proses
produksi minyak jarak pagar diukur dari hasil olahan, investasi, dan biaya
pengolahannya.
1. mengolah biji jarak pagar secara mekanik dengan memeras biji untuk
mendapat straight jatropha oil (SJO). Minyak jenis SJO ini dengan biaya produksi
di bawah Rp 2.000 per liter sudah dapat mengganti minyak tanah untuk menyalakan
kompor dapur atau menggantikan minyak bakar untuk memanaskan ketel uap air yang
menggerakkan turbin-turbin pembangkit listrik.
2. mengolah SJO melalui proses esterifikasi yang rumit dan karenanya
mahal pada investasi maupun bahan tambahan serta katalis untuk memacu reaksi
kimia. Hal ini menyebabkan biaya pokok produksi ester SJO dua kali lipat SJO.
Pada dasarnya, dari sisi mutu,
ester-SJO hanya berbeda pada titik nyala dan derajat kekentalan.
Salah satu pertimbangan penggunaan
alternatif BBM fosil dengan menggunakan minyak jarak pagar (SJO), yaitu: tanaman
jarak pagar bisa hidup dan tetap produktif meski ditanam di tanah kritis dan
tandus, tumbuh baik di dataran rendah maupun pegunungan, tidak memiliki hama dan
mulai berbuah pada usia lima bulan sesudah ditanam, serta dapat dipanen
terus-menerus hingga usia 50 tahun. Pertimbangan lainnya yaitu dapat
meningkatkan penghasilan petani, mampu menghemat devisa negara apabila
produksinya melewati kebutuhan dalam negeri, dan dapat menurunkan kadar emisi
NOx, SOx dan CO.
[Latihan]
[Latihan]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar