Minyak bumi atau dalam bahasa
Inggrisnya disebut
Petroleum,
menurut bahasa Latin terdiri dari dua penggalan kata yaitu
Petrus
yang artinya karang dan
Oleum
yang artinya minyak.
Oleh karena itu kimia minyak bumi (petroleum) merupakan ilmu yang
mempelajari tentang kelanjutan dari tumbuhan setelah dipendam atau dikubur
selama jutaan tahun. Senyawa yang terkandung dalam petroleum mempunyai
variasi yang besar dari senyawa dengan kerapatan rendah (gas) sampai senyawa
dengan kerapatan tinggi (padatan).
Minyak bumi
atau petroleum dijuluki juga sebagai emas hitam, yaitu cairan yang
kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, dan berada di lapisan
atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran
kompleks dari berbagai hidrokarbon, dimana sebagian besar terdiri dari seri
alkana tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Asal minyak bumi adalah mahluk hidup (tumbuhan,
hewan) yang terkubur selama jutaan tahun dengan melalui proses penguburan,
proses diagenesis kemudian proses lebih lanjut pada masa katagenesis dan tidak
dapat dimanfaatkan lagi pada masa metagenesis.
Tahapan penguburan bahan alam
mengalami tiga masa perubahan kimiawi yaitu:
a. Diagenesis
Masa ini merupakan zona tak matang dan terjadi perengkahan tak mencolok
(10%), yang dibagi dalam tiga bagian yaitu :
1)
Diagenesis dini, yaitu peralihan dari senyawa yang stabil saat di permukaan bumi,
menjadi senyawa yang stabil pada kedalaman ribuan meter dengan suhu sekitar
40-42oC. Pada masa ini terjadi pembentukan kerogen (fase dari
petroleum yang tidak dapat larut dalam pelarut organik dan anorganik).
2)
Diagenesis pertengahan,
terjadi proses aromatisasi (senyawa rantai panjang membentuk senyawa aromatik,
lingkar dan mempunyai ikatan rangkap dengan elektron terdelokalisasi).
3)
Diagenesis akhir,
adalah
proses yang terjadi pengkhelatan logam oleh senyawa organik yang terbentuk pada
masa sebelumnya.
Pembentukan minyak bumi terjadi pada diagenesis akhir dan dapat dikenal
berdasar hasil eksplorasi.
b.
Katagenesis
Katagenesis adalah zona minyak dan gas basah. Pada masa ini terjadi
perengkahan mencolok, dimana terjadi perubahan senyawa kimia yang diakibatkan
oleh suhu dan kedalaman pendaman (penguburan) sehingga menyebabkan penguraian
termal kerogen.
c.
Metagenesis
Pada tahap ini terjadi masa perusakan termal dari karakter senyawa (cairan)
menjadi residu (padatan), sehingga mengakibatkan senyawa organik menjadi senyawa
yang kekurangan hidrogen, dan material tak bernilai atau menjadi material
bernilai dari senyawa karbon (grafit, intan).
Adapun proses pengendapan bahan organik dalam proses pembentukan minyak bumi
ditunjukkan pada gambar 1. berikut.
Gambar 1. Diagram Pembentukan Minyak Bumi
Komposisi kimia dari minyak bumi dipisahkan
dengan cara destilasi yang didasari oleh perbedaan titik didih, kemudian setelah
diolah lagi lebih lanjut akan diperoleh minyak tanah, bensin, lilin dan
lain-lain. Meskipun demikian pemisahan tidak dapat memberikan senyawa tunggal,
melainkan kumpulan senyawa dengan isomernya.
Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawa
hydrogen dan karbon. Empat alkana teringan, yaitu � CH4 (metana),
C2H6 (etana), C3H8 (propane), dan C4H10
(butana) semuanya adalah gas yang mendidih pada suhu -161.6�C, -88.6�C, -42�C,
dan -0.5�C, berturut-turut (-258.9�, 127.5�, -43.6�, dan +31.1� F).
Rantai karbon dengan C5-7
semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan
sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk
cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26
dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai C10
sampai C15, diikuti oleh minyak diesel (C10 hingga C20)
dan bahan bakar minyak yang digunakan dalam mesin kapal. Senyawaan dari minyak
bumi ini semuanya dalam bentuk cair dalam suhu ruangan. Minyak pelumas dan
gemuk setengah-padat (termasuk Vaselin) berada di antara C16 sampai
ke C20. Sedangkan rantai di atas C20 berwujud padat,
dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal.
Titik pendidihan dalam tekanan
atmosfer dari fraksi distilasi minyak bumi (oC) adalah sebagai
berikut.
| - | Minyak eter: 40 - 70 oC (digunakan sebagai pelarut) | |
| - | Minyak ringan: 60 - 100 oC (bahan bakar mobil) | |
| - | Minyak berat: 100 - 150 oC (bahan bakar mobil) | |
| - | Minyak tanah ringan: 120 - 150 oC (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga) | |
| - | Kerosene: 150 - 300 oC (bahan bakar mesin jet) | |
| - | Minyak gas: 250 - 350 oC minyak diesel/pemanas) | |
| - | Minyak pelumas > 300 oC (minyak mesin) | |
| - | Sisanya: ter, aspal, bahan bakar residu |
Sekarang yang menjadi pertanyaan
adalah �Apakah ada perbedaan antara gas yang di dalam tabung dan gas di dalam
pipa�. Jawaban pertanyaan ini adalah gas LPG (LPG singkatan dari gas dan
bertekanan atau liquid pressure gas) lebih murni dari pada gas dalam
pipa. Harga gas LPG lebih mahal, hal ini menunjukkan bahwa proses gas LPG yang
melibatkan pembuatan gas-gas metana, etana, dan propana dari hasil perengkahan (cracking)
tidak mudah yaitu dengan cara memasukkan gas dalam tabung yang harus dikontrol
tekanannya sehingga mencair dan volume cairan lebih kecil dari volume gas.
Tekanan tabung harus dijaga dan dipertahankan.
Proses perengkahan, pengubahan,
alkilasi, atau polimerisasi merupakan tahap awal dari pemanfaatan senyawa (zat
kimia) yang berasal dari minyak bumi.
Minyak bumi mengandung banyak senyawa kimia dan hasil isolasi senyawa ini dapat
dimanfaatkan oleh industri. Bahan kimia ini disebut sebagai bahan petrokimia.
Pemanfaatan industri umumnya didasari oleh reaksi-reaksi polimerisasi (perpanjangan
rantai), reaksi perengkahan (perpendekan rantai), reaksi pengubahan (paduan
dengan senyawa lain), maupun pembentukan senyawa pendek dari senyawa panjang
minyak bumi (pembentukan gas, alkilasi, perpendekan rantai atom karbon).
Perpendekan rantai minyak bumi menghasilkan senyawa yang ekonomis dan bermanfaat.
Senyawa kimia lain dari tumbuhan atau hewan
pembentuk minyak bumi adalah alkaloid, terpena, steroid, asam amino, dan lipid.
Senyawa-senyawa ini terkubur bersama tumbuhan dan hewan. Senyawa kimia yang
terkubur dan pada saat pengeboran minyak masih dapat dikenali dari strukturnya,
maka senyawa ini dianggap dapat menjadi pengungkap sejarah pembentukan minyak
bumi yang dikenal sebagai biomarker atau penanda hayati (contoh: porfirin dari
klorofil, sekobikadinana dari isoprena atau terpena, skualena, sterana, bahkan
steroid, dan kolesterol).
Minyak bumi dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar industri. Bahan dasar ini dipisahkan berdasar beberapa
proses sebagai berikut.
a. Reaksi Perengkahan (cracking)
Cracking
adalah pemecahan senyawa organik rantai panjang menjadi dua atau lebih senyawa
organik rantai lebih pendek, terjadi secara alami maupun dari pemanasan
langsung.
Contoh pemanasan
Proses alami:
Proses cracking atau alkilasi penting untuk minyak bumi dalam
mencari senyawa yang lebih dibutuhkan oleh konsumen, yaitu untuk mendapatkan
bensin lebih banyak dari minyak pelumas. Contoh cracking adalah minyak
diesel (C16-C24) dan minyak pelumas (C20-C30)
yang dipecah menjadi bensin (C4-C10) dan senyawa lain yang
lebih banyak digunakan.
b. Reaksi pengubahan (reforming)
Reaksi pengubahan adalah reaksi dari bahan petroleum menjadi bahan dasar
industri dengan pemanfaatan bahan yang murah menjadi material yang dibutuhkan
sehingga bernilai ekonomis (murah). Proses ini diperoleh pada polimerisasi (pembentukan
plastik).
c. Reaksi alkilasi
Proses alkilasi dibagi dua yaitu proses perpanjangan atom karbon rantai
lurus dan proses pemutusan ikatan rantai karbon (dealkilasi). Proses ini dapat
dikelompokkan dalam polimerisasi, bila perpanjangannya memiliki gugus fungsi
yang sama. Dealkilasi dapat
dimasukkan ke dalam kelompok perengkahan.
d. Polimerisasi
Polimerisasi adalah proses
pembentukan polimer. Polimer terdiri dari polimer alami dan polimer sintetik.
Polimer adalah molekul besar yang terdiri atas pengulangan satuan kecil
(monomer). Monomer adalah senyawa organik yang memiliki ikatan rangkap dua dan
ikatan rangkap ini terbuka membentuk ikatan dengan monomer lain sampai jumlah
yang diinginkan (polimer sintetik). Polimer alam membentuk senyawa secara alami,
contoh polimer alam yaitu lateks (dari pohon karet), karbohidrat (singkong
jagung), protein, selulosa, resin. Sedangkan Contoh polimer sintetik adalah
nilon, dakron, teflon.
Proses pembentukan polimer terdiri
dari tiga tahap yaitu pembentukan radikal bebas (inisiasi), perpanjangan monomer
(propagasi), dan terminasi (pemotongan atau penyetopan reaksi). Pembentukan
cabang dalam proses polimerisasi menyebabkan tiga bentuk struktur yaitu struktur
beraturan (isotaktik), struktur tak beraturan (ataktik), campuran
(sindiotaktik). Struktur polimer sangat berpengaruh terhadap sifat polimernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar